Gurubesar Ekonomi Pertanian dari Universitas di Lampung, sekaligus Peneliti Senior INDEF, Bustanul Arifin mengatakan satu diantara sektor yang akan terdampak akibat isu ini adalah impor bawang putih

Isu virus corona (COVID-19) tidak hanya berdampak dari sisi kesehatan, tapi juga berdampak dari segi ekonomi, satu diantaranya yang berkaitan dengan bahan pokok.

Gurubesar Ekonomi Pertanian dari Universitas di Lampung, sekaligus Peneliti Senior INDEF, Bustanul Arifin mengatakan satu diantara sektor yang akan terdampak akibat isu ini adalah impor bawang putih.

“Indonesia mengimpor sekiranya sebanyak 5% dari Tiongkok. Kita (Indonesia), mengkonsumsi kira-kira lebih dari 850.000 ton pertahun,” ujar Bustanul Arifin di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Sabtu (7/3/2020).

Ia mengatakan, belakangan sudah mulai ada pergerakan harga terhadap bawang putih.

Entah itu terkait isu virus corona atau memang ada penimbunan yang dilakukan oknum.

“Yang menjadi pertanyaan bagi masyarakat, apakah kalo ada barang yang masuk dari China masih aman? Memang saya bukan ahlinya, tapi saya kira masih aman,” ujar Bustanul Arifin.

Yang harus dilakukan pemerintah menurutnya satu diantaranya, bagaimana prosedur keamanan pangan (food safety) perlu ditingkatkan.

“Ada satu prosedur yang harus dilalui oleh para pengusaha untuk mengajukan izin rencana izin produk impor holtikultura (RIPH) yang dikeluarkan oleh Kementerian pertanian (Kementan). Setelah dapat dari Kementan, lalu dikeluarkanlah surat persetujuan impor (SPI). Kalau terlambat sedikit persetujuan itu, sangat mungkin berpengaruh pada harga, ada tidaknya virus corona,” jelasnya

Bawang putih menurutnya, memang bukan kebutuhan komunitas pokok.

Akan tetapi, pemerintah menggunakan Perpres 71, dan memasukan bawang putih dalam komunitas strategis.

评论

发表回复

您的邮箱地址不会被公开。 必填项已用 * 标注